Jumat, 17 Oktober 2014

Di Masa Lalu, Kita adalah Sepasang Kekasih

kini jangan marah bila kutarik empat larik. kau nafas yang tak akan kulepas.
---Petikan "6 Sonet Bunga Tidur La Fang"---

Ini bukan cinta yang dungu,
berjam aku menunggu, tepat nya sudah 117 hari, aku menghitung lugu.
belum lagi terang mencuri pagi, sudah bersiulpun sembari mengguyur air.
dingin, menggigil tanpa ampun. tapi senang.



Kabar persinggahan mu membuatku tidur tak terpejam.
Menunggu jam hadirmu, menjeru dari Semanjung di atas Sumatra.

Ini bukan cinta yang dungu.
menunggu sosok yang belum pernah bersua.
"Ini hari pasti bertemu. hari ini aku harus menunggumu."
rintih insan merindu di tempat persinggahan. Bandara.

"Bagaimana bisa rindu sebelum bertemu?" tanya mereka yang dungu. mereka memang paok.
kita kini menjadi dalil, "kami individu yang membunuh uraian tentang rindu, tanpa definisi pertemuan"

Kini rindu itu menyerinai pertemuan.
Senja ini tercuri, kau pencuri ternyata.
ah senja yang diagungkan para penyair mampu kau curi.
ah manisku.

bincang kita waktu itu....

"ternyata kau ada" saat ini kau menggemgamku, kuat sekali. seakan.
ah.... kau tak dibatas kahayal.

"sebentar tunggu disini, jangan kemana-kemana, apapun yang terjadi tunggu di sini."
senyummu berujar "jangan lagi tangan ini tak tergenggam"

"aku mau ke toilet, kamu mau ikut? nanti yang lain pada lari loh"
sontak kau tertawa terbahak.

peluk sini manisku,
dalam pelukkan waktu itu ku bisikkan sonet Lanfang, Sonet yang sering aku bacakan saat kita bertemu via suara.

"sekarang aku (ingin) merebahi pundakmu. ciumlah mataku.
kelopak dan bulumataku. kau akan menemukan banyak sonet di situ."

Kau sebutkan namaku, menatap dalam dengan jemari yang menari di pipi. "sudah berapa lama kita bertemu?" kau sendiri menjawab"tak lebih dari satu jam ternyata ya"

Ini bukan cinta yang dungu. "di masa lalu, kita adalah..." tertahan sendu.
"Di masa lalu, kita adalah sepasang kekasih, hingga kini, di kehidupan ke tiga."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar