Selasa, 27 September 2016

Kau dan Ibu mu (1)

Hari ini akhirnya kita bertemu, meski masih dalam ruang yang berbeda. Kau masih dalam rahim ibu mu. Aku juga belum tahu bagaimana bentuk mu hingga minggu ke 11 kau di sana. Maaf aku tak bisa membersamai kalian karena jarak antara aku dan ibumu. Ibu mu masih harus menyelesaikan studinya di kampus kebanggaan Kaltim, Mulawarman. Beruntung kau, sejak masih dalam perut ibumu sudah membawamu ke sana kemari, dalam diskusi-diskusi panjang ilmu pengetahuan, dalam argumentasi-argumentasi logis, serta pencarian data demi data. mungkin ini pesan pertama kami padamu.
 "Berenanglah dalam kolam ilmu pengetahuan sepanjang hidupmu, karena hanya dengan ilmu pengetahuan kau akan mengenal Tuhan dan Dirimu"

Tiap malam saat ibumu terlelap aku sering iseng mencoba berdialog denganmu, semoga kau suka dengan cerita-cerita cegegesan itu. Kadang, entah aku yang berlebihan aku seakan bisa merasakan respon mu, melalu tangan yang ku tempel ke dinding perut ibumu.

Nak, apapun dunia yang akan kau lihat nanti. Kau pasti akan menangis, karena ini memang tempat yang mengerikan. Ada banyak kejahatan, pengkhinatan, peperangan, kesedihan dan tangisan. Perdamaian hanya akan kau temukan di mulut-mulut atau paper para akademisi, kesejahteraan hanya akan menjadi tujuan utopis. Ada banyak kengerian di bumi manusia ini, namun kau masih bisa mengetahuinya dari lembar-lembar tulisan, bab demi bab, buku demi buku. Bacalah.

Aku pulang dulu ke Ibu kota tempat imajinasi yang semakin kabur, tapi dunia kini memang mendesak untuk penyelamatan ekonomi. Nanti kita bercakap-cakap lagi di Jakarta. Ada banyak yang mau aku ceritakan, ada juga hadiah untuk mu. Bola Dunia. Ada cerita jauh tentang seperempat darah mu di situ.

Senin, 26 September 2016

Cerita Kakao dari Tengah Suawesi



Hasil pohon kakao tak lagi nikmat seperti coklat dari buahnya. Kini kakao menyisakan kecemasan, menimbulkan tanda tanya tentang masa depan dan keberlangsungan. Aroma kakao kini hanya kemilau kejayaan masa lalu, meninggalkan petani tanpa asa pada semesta.

Desa Bambarini, yang terletak di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pernah berjaya dengan tanaman kakaonya. Penduduk desa ini punya cerita khas tentang masa keemasan kakao pada pertengahan 1990an hingga awal 2000an. Masa yang, antara lain, ditandai banyaknya truk hilir mudik mengangkut hasil kebun kakao. Pendapatan petani yang tinggi juga memungkinkan mereka membeli motor atau mobil secara tunai. Bahkan tiap rumah tangga petani memiliki sepeda motor. Padahal jika dilihat ke belakang, tahun 1997 merupakan masa krisis ekonomi yang menerpa hampir seluruh masyarakat Indonesia.

Senin, 15 Agustus 2016

Jogja Dini Hari

Sebutir waktu pada masa lampau membuat kepala kita menjadi alat perekam yang tiada tandingannya. Sebutir waktu yang berisi kejadian sederhana, kejadian yang tidak mau dan tidak mampu kita lupakan. Sebutir waktu yang membuat kita geli, tertawa, haru, tertegun dan bersedih. Dan mencemburui masa lalu adalah hal yang paling lucu sekaligus menyedihkan. (AAM, 2015)