Kamis, 21 April 2011

Masih Adakah "Kejujuran" di antara kita?

Semua manusia hidup dengan beragam kepentingan, atas dasar usaha bertahan hidup upaya demi upaya di berlakukan. Maka tak hayal apa yang kita lakukan saat ini adalah tahap-tahap untuk mencapai kenyamanan dan kesejahteraan hidup. Belajar dan bekerja adalah salah satu usaha kita untuk terus mendapatkan gelar sebagai manusia yang mampu bersaing dan bertahan hidup.

          Apapun yang kita lakukan adalah dalam rangka memenuhi kepentingan kita, ketika berdiplomasi, bentuk antar kelompok maka kita mengamankan kepentingan kelompok kita. Sampai dalam taraf antar Negara kita mengamankan kepentingan Negara kita, maka dalam perspektif hubungan international, kepentingan Negaralah yang di bawa ke dalam panggung internasional. Maka sebenarnya dunia tanpa tapal batas itu adalah rekayasa kepentingan belaka.



        Lalu apakah kemudian setiap kepentingan ini berujung kepada benturan? Sering sekali kita melihat pertikaian antar kelompok, hingga menggunakan kekerasan. Antar Negara yang beradu senjata seperti yang dilakukan Amerika Serikat dan sekutu di Libya. Dan sebaliknya bagaimana Khadafi atas nama Negara membunuh dengan sadis warganegaranya sendiri. Israel yang selalu menggempur gaza. Begitu juga dengan resolusi PBB dan Mahkamah International, dengan mudah memberikan zona larangan terbang di Libya, namun mengapa tidak di Israel dan Palestina?. Semua adalah perjuangan kepentingan siapa atas apa?

          Fenomena korupsi yang merajalela, rezim korup yang bertahan dengan kokoh, dengan mudah memiskinkan banyak manusia, dan si koruptor tak merasa bersalah dengan lakon bejatnya, menyiksa dan membunuh dengan perlahan namun lebuh kejam dari sayatan belati.

          Sebuah Negara sibuk dan kelimpungan di buat koruptor yang berasal dari negaranya sendiri, membuat system bertahun-tahun, membentuk lembaga, badan khusus, regulasi, mendatangkan para ahli. Namun tetap saja korupsi tetap merajalela. Mengapa keilmuan intelektual manapun tidak dapat menyelesaikan semua ini. Seorang ahli tata Negara, hukum, politik, sosial, ekonomi, tekhnik, kedokteran, psikologi, pernah kah menelurkan solusi tuntas pemberantas korupsi? TIDAK!!! Adalah jawaban tepatnya.

           Mengapa korupsi dan kediktatoran tetap merajalela? Bukan system yang melapangkan seorang koruptor menghisap kehidupan dengan pongahnya, bukan regulasi yang memberikan kelapangan koruptor menyabut nyawa, bukan konstitusi yang melanggengkan si dictator berdiri pongah leluasa menjajah. Diri atas kepentinganlah yang menjajah manusia. Maka terjadilah korupsi dan rezim dictator.

           Lalu apa arti kejujuran yang kita ketahui selama ini? Dimana Kemalahatan dan kesejahteraan yang menjadi tujuan? Apa perjuangan yang diperjuangkan? Ternyata kita bertikai atas apa yang mendefenisikan kita sebagai manusia. Jangan-jangan ketulusan kita adalah perjuangan memuluskan kepentingan kita.

           Mendambakan kejujuran yang dipahami secara bersama bahwa hidup bukan untuk diri kita, melainkan kita hidup dan tercipta sebagai manusia yang bertanggung jawab atas lingkungan antara langit dan bumi dan beserta seisinya. KEJUJURAN sekalanya bersedialah menyambangi diri dan bumi kami…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar