Rabu, 05 Maret 2014

Drama Ujung Kereta

Aku selalu ada di stasiun yang sama, dengan kreta yang sama di setiap senja jum'at. Mencari, siapa tahu kau ada di salah satu kursi penumpang

Drama ujung kereta di stasiun tugu, kita sajikan dengan mengulum bibir masing-masing hingga dini hari dijemput pagi

Kubawakan sebiji semangka dan pisang, "dari supermarket atau pasar?" tanyamu sambil mengacak rambut belah sampingku yg menjelang gondrong.

Dhzuhur, Ashar, & Magribh kurindukan. Setelah salam terakhir, aku memutar duduk, menghadapmu. "Do'a dulu bang" kau berujar sambil tertunduk.

Menatapmu adalah do'a dan dzikir. puja atas keindahan Tuhan yg tak terpamrih. Magribh telah datang waktu kereta untuk pulang.

Kau titikkan tangis rindu, saat bibir ku belum lepas dari keningmu. "Jum'at aku pulang, jangan khawatir." Kataku sambil mengecup kelopak matamu.

Rindu membuncah, kamis kau menyusulku dengan kereta yg sama, tapi hari itu, hari kamis tanpa jum'at.

Jum'at sore aku menyusulmu ke stasiun kereta. Tapi, dua pria menghantarku ke ruang beku yg bukan stasiun.

Kudapati kau tersenyum, dengan jilbab biru langit. Kukulum bibir mu, kukecup kening dan kelopak matamu, tapi kenapa kau diam.

Kupeluk erat, kubisikkan "di senja jum'at aku akan selalu datang menemuimu dengan kereta yang sama."

Dhzuhur, Ashar, & Magribh kurindukan. Setelah salam terakhir, aku memutar duduk, menghadapmu. Kini kau hanya tersenyum, lalu pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar