---***---
"Jangan
kirim pesan lagi, kau tahu pasti kita tidak akan seperti dulu. situasi
memaksa kita unruk berubah. jadi tolong jangan paksakan dirimu. jangan
paksakan aku""Nanti akan ada yang menemani senja pulang, hingga gelap menjadi teman. lalu hujan turun bersama Tuhan. warisan purbakala itu kita simpan saja untuk sang Hujan.
Kali ini hujan tak turun dari awan yang mengubah diri. Tapi dari kita yang bedetup nada jantung seirama. Lalu kita kuyup dalam sakitnya diam.
*
"Hey,
tampaknya kau obsesif kompulsif terhadap kabut" / "hmmm, tidak. Kabut
itu juga dari awan, yang turun perlahan di saat dini hari. Ia turut
menghantar sang matahari terbit. bukannya endeless conversation ini
tentang menjmput dan menghantar matahari?"Apa aku harus seperti politikus busuk. Berkampanye bohong, hura-hura membuat pesta, untuk sekedar menarik perhatian? oh... Sungguh Tidak. Penantian ini bukan untuk lima tahun jabatan politis. Tapi, kehidupan yang mendudukan peradaban.
Hutington salah, peradaban ini tak akan berbenturan. Aku tak mau hidup seperti manusia mesin. bekerja, makan, pulang, lalu kerja. Ini cita-cita bahwa ketika mati mereka adalah pewaris intelektual.
Tenang saja aku bukan marxis yang memberontak lalu memberi kesadaran pada kapitalisme, bahwa penguasaan produksi tak akan berlaku lagi, tapi proses konsumsi adalah kunci kebangkitan. Sekarang kritik ku adalah jiwa yang meraung-raung dalam sunyi. Ku harap ia memberi sadar yang bukan palsu. Tapi kita memproduksi lalu mengkonsumsinya bersama.
**
"kenapa
tak bangunkan aku?" / "sudah... Tadi sudah berulang kali aku
menelponmu. Aku pun gugup kenapa lama sekali menjawab. kabut sudah mulai
turun kupikir kita terlambat menyambut sinar pertama matahari hari ini"
*
"Kau aneh, Kau penggugat Tuhan kan?" /"setiap kita adalah penadah sejarah, aku hanya berusaha untuk tidak menjadi sekedar manusia yang menadah sejarah lalu beriman hanya karena ikut dengan jutaan manusia.
Aku masih menjalankan seluruh nilai-nilai ke-Tuhan-an sebagaimana Islam mengaturnya.
Aku bukan agnostik, atheist, pluralis, atau apalah istilah2 itu.
"itu dia aku menggugatmu, dan itu menarik. tapi... Aku takut pada gugatan itu"
"kenapa kau begitu jujur bertutur, setiap kata mu menghargaiku sebagai perempuan. aku tersanjung, terimakasih." / "oh... Bukan, kata itu sendiri yang hadir untuk menemukan rakdirnya, sedang aku hanya menatap mu kurang dari semenit. Dengarlah, semua ini begitu jelas tertutur untukmu sang penakdir kata"
Aku menunggu pagi. dari hari kehari-hari. Hingga kabut kadang enggan pulang dijemput terik mentari. "tak bisa kah kita berbicara hal remeh temeh?" / "kau tahu ini bulan rekonsiliasi aku tak bisa membalas pesanmu" / "bukan pesan, aku ingin bersenandung dengan nada suaramu" / "ini, dan dengarlah aku telah berdendang. cukup!!! jangan paksakan dirimu, tak akan ada air mata setelah kemarin"
*
Awan
tak sedang menangis saat hujan, meski hujan melenyapkannya secara paksa.
"aku pun tak ingin kau menangis, tapi apa kita tak bisa berbicara?"
oh... Rumy pun akan berhenti berputar mancari Tuhan untuk ini. "Apa aku
harus melenyapkan Dewi Athena? Atau aku harus menyembahnya? katakanlah
paling tidak aku memohon padanya untuk menjagamu"pelan-pelan aku mengintipmu, membuka lembar nya. mengenang setiap takdir kata. "aku hanya.sesekali melintas, tak akan singgah. kalau ada tirai yang tertiup angin aku coba melihatnya dari depan jendelamu. cukup bagiku tersenyum. memandangi hidup yang kian penuh senyum. basah tak basah oleh hujan. awan tak berawan oleh uap. kabut menyeka lembut muram awan dari matamu."
**
"kamu kenpa belum tidur ga?""masih ada yang ditunggu"
"nunggu siapa kamu tengah malam begini?"
"aku menunggu kabut, sebentar lagi dini hari, ia pasti datang. aku nak temani dia hingga pulang di jemput matahari, terkadang aku ingin membunuh matahari"
"bukannya matahari telah mati?"
"iya dia mati di roterdam"
"bukan dia dihukum mati di prancis"
"dia mata-mata prancis, mana mungkin dia mati di prancis"
"eh... iya. nanti coba kutanya lagi Remy Silado ya"
"kenapa kau begitu aneh memahami.kabut"
"tanyalah padah thomas khun kenapa ilmu harus melalui fakta? sedang popper akan membantahnya dengan kesepakatan para ilmuanlah yang menempatkan sesuatu diakui sebagai ilmu. apa aku harus defenisikan hubunganku dengan kabut?"
*
"Bagaimana bisa ga, kita bertemu tidak lebih dari 24 jam, aku menolak menyerah pada perasaan. logika belum mendefenisikannya""Apa kau lupa dengan istilah episteme yang diutarakan Foucault? sebuah struktur kognitif manusia memandang realitas. Pandanglah realitas ini dengan kuasa kognisimu membentuk knowladge struktur untuk menyerah pada perasaan dengan persetujuan logika. Tak perlu kau susah mengarkeologi bahasa mencari kata yang mendefenisikan nada paralinguistik dari hati"
"Tapi waktu terlalu kuasa untuk membantah ga. Apa ini yang Dee sebut pertemuan dua belah jiwa?"
"Sang waktu mengalahkan hatimu, kita manusia memang dituntut berdaulat kepadanya karna ia terlalu kuasa. Kita secara sukarela terkungkung tanpa kebebasan, tapi ingatlah ketika waktu berubah kita manut menyesuaikan diri -tempora mutantur nos et mutamur en illis- kini waktu menyesuaikan dirinya dengan singkat. Ia mempertemukan dua anak manusia dalam lipatan cinta"
*
kita
sudah lama saling mengenal jauh sebelum kabut menyentuh kelopak mata
kita "aku tersenyum tanpa putus menelusuri tiap garis wajah yang begitu
akrab dalam ingatan""ingat ga kita belum pernah bertemu sebelumnya"
"demi Tuhan yang memiliki tahta atas langit dan Bumi beserta isinya aku tidak mengerti dengan kondisi tremor ini"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar