Rabu, 05 Maret 2014

Anak Jelaga Universitas

Ini kampus, semua mahasiswa, semua dosen, semua birokrasi intelektual, semua pekerja kebun, semua pembawa betor lima ribu jauh dekat, semua pedagang kaki lima, semua anak jalanan. Semua yang kusebutkan terakhir adalah yang agak istimewa… Ya, semua anak jalanan. Mereka yang berkaki jelaga, berkostum jelaga, bersuara jelaga, beransel jelaga, dan membawa jajanan jelaga.

Mereka berjelaga menyusuri lorong-lorong intelektual. Bagi semua mahasiswa, semua dosen, semua birokrasi intelektual, semua penghuni kebun binatang yang punya sedikit kuasa istimewa piramida di sini, mereka berwajah asimetris abstrak yang acak, makanya sering juga mereka seperti tak tervisualisasi dengan benar. Ada atau tiada semua di kampus sudah terbiasa atau tak sadar ada.

Kadang mereka terlalu compang camping jelaga, ransel mereka kardus jelaga dan botol jelaga, kaki jelaga mereka tidak berdecit saat menciumi batako, almamater mereka warna-warni jelaga.


Seperti yang kubilang, mereka yang berjelaga yang istimewa…
Telanjang kaki menyusuri koridor tiap menara gading, boleh pilih mana saja suka. Ceria, belia, dan cita-cita yang masih urakan di tiap pancaran matanya. Kapas manis merah muda dijajahkan untuk simpati gopek yang dicari, karena bunyi tutup botol sudah tidak menghasilkan di sini. Goni pelastik harus terisi penuh untuk bisa jajan di waktu jeda.

Mereka yang berjelaga adalah mahasiswa tak kentara di sini. Inilah tempat mereka memupuk mimpi untuk menjelma sarjana simbol bahagia orang tua suatu ketika, juga lahan bermain yang sedikit serius, tempat berhitung kehidupan untuk makan kemudian, tempat pikirannya menjadi lebih tua dari matematika usia dan lincah, tempat hidup yang menyejarah di ukir ingatannya.

Suatu kali, dari sudut mulut mungil berjelaga, suaranya cerah berceramah, bahwa hidup bukan sekedar materi, tapi kebahagiaan dan pengabdian… lalu ia berlari ke kolam dan membasuh ingusnya di sana, tetap terlihat jelaga di puncak hidungnya. Kepada siapa yang bertanya, matanya nakal menjawab semua seperti langganan wawancara mau masuk kerja. Apa diujung rambutnya sama sekali tak terduga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar