Sabtu, 19 Februari 2011

"Mad City" ; Menguasai Opini Public dan Etika Jurnalisik (Trial by the Press)

          Film yang dimainkan Jhon Travolta dan Dustin Hofmann ini,mengangkat kekuatan media sebagai kekuatan pembangunan opini yang nantinyadiharapkan mampu menjadi preasure atau penetrasi dalam pengambilankeputusan, Jhon Travolta yang berperan sebagai SamBalley, dengan tanpa sengajamelakukan penyanderaan terhadap anak-anak dan seorang kurataor di museum, halini di sebabkan di PHKnya Sam,tanggung jawab sebagai seorang ayah dari dua orang anak dan seorang suami,menyebabkan Sam harus melakukan pengancaman, namun akibat penyanderaan initanpa sengaja Sam menembak temannya yang juga seroang satpam berkulit hitamClift. Tanpa disengaja seorang reporter televisi  MaxBracket, berada dalam museum, Opiniyang terbentuk diawal Sam adalah seorang penjahat, namun keterangan Sam terhadapMax, membuktikan Sam bukanlah seorang penjahat tapi hanya mendapat sedikittekanan psikologis.

           Sistem hukum Amerika yangmenggunakan juri sebagai penentu keputusan peradilan pun, memantik ide dari Maxyang nota benenya seorang reporter untuk membentuk opini di masyarakat.Sekaligus dengan keinginan Max ingin mendapat berita yang hebat dan ingin dianggapsebagai reporter terbaik, dengan sorotan terbesar, sehingga mampu menaikkanratting.... Ingat ratting adalah kejaran media..., balik ke Max, Max punakhirnya melakukan wawancara eksklusif kepada Sam, yang mengungkapkan motif dankejadian yang sebenarnya bahwa Sam sedang kalut karena kehilangan pekerjaandikarenakan ia harus membiyayai anak dan istrinya, dan ia tak bermaksud untukmelakukan penyanderaan hanya ingin di dengarkan oleh Ny. Banks seorang kuratormuseum yang memecatnya, hal ini menimbulkan opini di masyarakat bahwa Sam bukanlahpenjahat, dan hasil jajak pendapat (poling) menempatkan angka 59% warga Amerikaberpihak pada SAM. Opini ini pun kembali diperkuat dengan adanya komunikasivisual dimana, adanya slogan, spanduk, kaos, yang dipakai masyarakat Amerikadalam mengekspresikan kontroversial yang sedang terjadi.

Kamis, 17 Februari 2011

Durkheim ; Konfigurasi Hubungan dan Interaksi Simbolik Solidaritas Sosial


Mengulang kembali pembahasan mengenai sosiologi komunikasi, membuat saya harus kembali disuguhkan kepada pembedahan-pembedahan mengenai benturan interaksi yang terjadi di masyarakat dalam hal ini kerangka sosiologi, baik itu benturan antara media massa dan instutusi masyarakat, maupun kondisi sosiologis masyarakat.


Membahas benturan didalam masyarakat akan lebih mudah jika kita membedah kondisi kemasyarakatan tersebut. Salah satu tokoh sosiologi yang menyoroti struktur dimasyarakat adalah Emile Durkheim, Pemikiran sosiolog Prancis ini terletak pada persoalan bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, utamanya ketika hal-hal serperti latarbelakang keagamaan dan etnik tidak ada lagi.

Penelitian yang paling terkenal dari Durkheim adalah mengenai pembagian kerja, ia berpendapat bahwa masyarakat tradisional bersifat mekanis dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama. dan kata Durkheim kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesdaran individual-norma-norma sosial kuat dan prilaku sosial diatur dengan rapi. Dalam masyarakat modern yang organik, pekerja mendapatkan gaji, dan harus mengandalkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Akibat dari pembagian kerja yang semakin rumit ini kesadaran individual berkembang dalam cara yang berbeda dari kesadaran kolektif atau malah berbenturan dengan kesadaran kolektif, dalam hal ini semua orang menjalankan fungsinya masing-masing sebagai pertahanan keseimbangan. keseimbangan ini yang kemudian dikenal sebagai fungsionalisme.

Mengurai Simpul Kekerasan Terhadap Ahmadiyah

Kekerasan terhadap kaum minoritas kembli terjdi, minggu (6/2) jemaat Ahmadiyah di Pandeglang Banten menjdi bulan-bulanan masa.
Negara memang menjamin warga negaranya untuk beragama, berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat, ini tertuang di Pasal 28 e UUD 45. Namun apa yg terjadi pada Ahmadiyah? Penghakiman yang terjadi adalah akibat dari tidak tanggapnya dan tegasnya Pemerintah dalam hal ini.

Ahmadiyah hadir bukan sebagai agama, Melainkan kepercyaan yang kemudian mengobrak abrik tatanan kepercyaan umat Islam yg telah kokoh sblmnya. Ulama islam dunia pun tidak pernh meyakini akan adanya Rosul setelah Muhammad SAW. Sejak dari sepiniggalan Muhammad hingga munculnya ahmadiyah di pakistian. Hal inilah yang merisaukakan umat Islam.

Rabu, 16 Februari 2011

Meruntuhkan Menara Gading, Melebur Bersama Komitment Pengabdian Kepada Rakyat

Semua teori itu hancur, kami tak bisa berbuat apa-apa, selain tidur bersama keluarga nelayan dengan dinding tepas dan alas tanah. Rangkaian kata di atas meluncur di status situs jejaring sosial facebook, yang ditulis seorang teman yang saat ini sedang Praktek Kerja Lapangan  (PKL) di daerah Serdang Bedagai Sumatera Utara.


Kebingungan antara teori dan aplikasi kenyataan, mungkin tidak hanya dirasakan oleh temanku yang berlabel mahasiswa yang sedang PKL saja, tetapi juga dirasakan oleh seluruh mahasiswa lainnya. Kebingungan, bagaimana semua teori keren dan njelimet yang didapatkan selama duduk di bangku kuliah bisa diterapkan dalam kehidupan masyarakat, atau menjadi jurus jitu membantu menyelesaikan masalah kehidupan masyarakat.

Masih Indonesia-kah Nanti?

Jika nisan bisa berbicara, mungkin nisan para pendiri bangsa ini akan memaki. memaki dengan kesal atas krisis multidimensi yang tak kunjung usai, dan rakyat akan berbondong-bondong mencari suaka keadilan dan mengaduh atas kebijakan dan sikap yang semakin menyengsarakan.

         Bangsa ini telah lama ada, di bangun diatas perjuangan tanpa pamrih para pahlawan. Jauh sebelum nama Indonesia berkumandang di muka bumi ini, bangsa ini telah menjadi bangsa yang memiliki peradaban. Bangsa ini tidak hanya di bangun oleh rangkain “speech of king” sang Presiden Soekarno, politik diplomasi Syahrir, pergerakan rakyat bawah Tan Malaka, dan pemikiran ekonomi Muhammad Hatta. Peradaban bangsa ini telah ada saat Mataram, Sriwijaya dan Samudra Pasai berdiri menjadi sebuah pimpinan peradaban. Bahkan bangsa ini atas nama nusantara telah menjadi sumpah untuk menjadi satu di sumpah palapa sang nusantarawan Gajahmada. Lalu Indonesia muncul atas kesamaan imajinasi para pahlawan tentang sebuah daerah kepulauan yang subur di tengah dua benua dan dua samudra.

        Namun itu hanyalah pusaran sejarah belaka, meski Founding Father bangsa ini dengan lantang mengatakan istilah JASMERAH, “jangan sesekali melupakan sejarah”,tapi Itu hanyalah akronim belaka saat ini. Sejarah itu berubah menjadi kisah yang menyakitkan dan demikian memilukan. Tentang sebuah tragedi pengkhianatan perjuangan para pahlawan pendahulu bangsa ini, yang tulang mereka menjadi tonggak berdirinya Indonesia, daging mereka menyelimuti tubuh Indonesia, bahkan darah dan denyut nadi mereka korbankan untuk sebuah imajinasi yang mereka sebut Indonesia. Pengkhiatan yang hadir dari pemegang kuasa, tampuk kemempimpinan yang diharapkan mampu menghantarkan seluruh penghuni negeri ini keluar dari siksa dan penjajahan, penderitaan dan tangis yang menyengsarakan, malah mereka adalah dalang dari kesengsaraan tersebut.