Minggu, 27 April 2014

Hujan Langit Jakarta

Saat Jakarta hujan biasanya aku pulang larut, tapi kali ini aku pulang lebih awal.
Rindu memelukmu dari belakang. Sesegera mungkin aku melaju menuju tempat mu.

Ku matikan lampu, perlahan aku memelukmu. tanpa melihatku kau berujar, katamu "kau tahu saja kalau hujan dia pulang larut" sembari menyebut sebuah nama yang bukan nama ku

Ku hidupkan lampu, kau terkejut. Menangis terisak-isak. Aku memilih keluar untuk bernyanyi sumbang, judulnya "Hujan Pengkhianatan"

Larut, di ujung malam aku pulang. Membawa ilalang tajam di tangan kiri. Kutancapkan keperutmu, ku tarik hingga terbelah.

Larut, janin mengantuk di dalamnya sedang menguap. Dengan kuku tajam ku angkut dia. Lalu ku tanya "Siapa bapak mu?"

"Aku singgah ke rahimnya (dia menunjukmu yg sdng beku) saat jakarta sedang hujan." kata janin itu mengutuk

Hingga ujung dini hari ku pisahkan jantung dari tubuh telanjangmu. Kusimpan dalam peti es yg akan ku bawa kemana aku pergi.

Hari ini jakarta sedang hujan. Aku tak khawatir pulang larut. Ku intip peti es (ada jantung yang masih berdetak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar