Aku sedang bertanya. Saat aku menjadi Iqbal aku menjadi apa?
Nama itu Bapak yang beri. Menjadi identitas ku dari dulu hingga nanti.
Bapak, bukanlah seorang pengajar (guru). Tapi waktu aku tanya saat masih kecil apa arti nama ku, bapak bilang "artinya orang pintar," katanya sambil menggoyangkan kaki.
Nama itu Bapak yang beri. Menjadi identitas ku dari dulu hingga nanti.
Bapak, bukanlah seorang pengajar (guru). Tapi waktu aku tanya saat masih kecil apa arti nama ku, bapak bilang "artinya orang pintar," katanya sambil menggoyangkan kaki.
Pekerjaan bapak adalah goyang-goyang kaki dari pagi hingga larut malam. Dari goyangan itu kami bisa makan dan sekolah. Tepatnya kerjaan Bapak adalah seorang tukang jahit, tukang jahit kampung yang tersohor (di kampung kami)
Namun, Ia mengakhiri profesinya saat aku berusia sekolah menengah pertama (SMP) karena dia harus merelakan satu ginjalnya dipisahkan dari tubuhnya.
Nah, nama ku dialah yang berikan. Awalnya karena saat lahir dia melihat sampul buku, bertuliskan "Muhammad Iqbal" buku yg sedikit mengulas Iqbal, seorang filsuf dari Timur. Menurut bapak iqbal yang itu orang pintar.
Sebulan sekali aku selalu diajak bapak ke toko kain. Itu adalah hal yang paling aku senangi. Toko yang penuh warna warni, wanginya saat itu seumpama aroma kopi bagiku saat ini, dan aku bebas menempelkan pipi ketumpukan kain yang lembut.
Penjaga toko itu seorang Cina, cekatan memotong kain, sekali srettttttt.... kain terpotong, langsung dilipat, lalu dibungkus dengan kertas koran bekas. Dia baik dan ramah, setiap aku datang dia menyapa dengan panggilan IQ (baca; ai kyu) katanya gabungan huruf "I" dan "Q" di kata "Iqbal" adalah lambang kecerdasan. Kata seorang Cina penjaga toko kain itu artinya kecerdasan intelektual.
Mulai saat itu bapak menambah kan arti nama ku. IQbal. "Lambang kecerdasan intektual." Begitu katanya. Ntahlah...
Ku sadari saat ini, aku tentu saja tak memiliki IQ tinggi layaknya ilmuwan tersohor. Tapi aku berterimakasih pada Bapak atas nama yang juga do'a itu. Sekuat upaya aku berusaha untuk terus ada di Dunia Intelektual (Ilmu pengetahuan)
Aku menulis ini, karena tak sengaja menemukan tulisan tentang Pablo Picasso. Kata picasso "Ibu ku berkata 'jika kamu ini tentara, maka kamu akan menjadi jendral, jika kamu penguasa maka aku akan menjadi pemimpin' tapi aku seorang pelukis maka aku menjadi Picasso"
Aku berterimakasih pada nama dan do'a dari bapak. Bapak yang rela memisahkan ginjalnya untuk kami. Meski saat ini aku bukan apa-apa, tapi dia membuat aku menjelma menjadi aku. Kini ada yang menyebut aku peneliti, jika boleh menyadur kalimat Picasso ingin ku katakan "tapi aku seorang peneliti, maka aku menjadi Iqbal"
Terimakasih Pak, dari jauh aku memelukmu. Setiap malam aku mengkhawatirkan paru-paru dan nafas mu. Ini anak lelaki mu, semoga selalu menyederhana dengan cita-cita yang melangit.
Salam rindu, untuk bapak nomor 1 di Dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar